SEPUTAR CYBER - Setelah baca buku saya menemukan ini yang lumayan lah buat di sebarin agar pada tahu aja tapi bukan hasil semua dari buku, ini adalah rangkuman dari beberapa banyak info yang saya dapatkan
Bagi orang mukmin, kebahagiaan yang dicari adalah kebahagiaan hakiki, kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan itu hanya bisa didapat melalui bermacam ragam ketaatan yang salah satunya adalah dengan menunaikan kewajiban zakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa bersenang hati dengan amal kebaikannya, dan bersedih hati dengan keburukan yang diperbuatnya, maka berarti dia adalah seorang mukmin” (HSR Ath-Thabrani). Jadi kebahagiaan hati orang beriman itu bersumber dari kebaikan dan ketaatan yang dilakukannya sebagai bukti keimanan hatinya. Semakin tinggi tingkat dan nilai ketaatannya, maka semakin besar pula kebahagiaan yang dirasakannya. Dan berzakat menempati peringkat yang sangat tinggi dalam skala prioritas amal ketaatan. Karena ia merupakan salah satu ibadah wajib utama yang diposisikan sebagai rukun Islam ketiga, sehingga dengan berzakat berarti seorang mukmin telah turut andil dalam upaya menegakkan tiang dan pilar penyangga utama bangunan Islam.
Kebahagiaan karena berzakat semakin sempurna dirasakan oleh seorang mukmin karena disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Imam Al-Bukhari, bahwa mengamalkan ketaatan berupa kewajiban – seperti zakat dan lain-lain – merupakan sarana terbaik untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan jalan terdekat untuk meraih mahabbatullah (cinta dan kasih sayang Allah). Dan ini adalah derajat kebahagiaan puncak yang dicita-citakan oleh setiap mukmin sejati. Ya, siapa orang beriman yang tidak berbahagia dan berbunga-bunga hatinya dicinta dan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang ? Disamping itu, orang yang taat membayar zakat tentu juga dicintai dan disayangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukminin, dimana hal ini juga menjadi sumber kebahagiaan tersendiri bagi seorang mukmin.
Zakat merupakan wujud dan bukti syukur seorang hamba atas limpahan karunia harta yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Dan orang yang bersyukur adalah orang yang berbahagia. Maka berbahagialah para muzakki. Disamping itu, salah satu fungsi utama zakat adalah membersihkan diri dan mensucikan hati sang muzakki (lihat QS At-Taubah : 103). Dan disini pula tersimpan rahasia dibalik kebahagiaan orang yang berzakat. Karena zakat yang ditunaikannya akan membersihkan dirinya dari dosa-dosa yang membebani dan mensucikan hatinya dari sifat-sifat kikir, cinta harta dan penyakit-penyakit hati yang lain yang biasa menjadi penghalang utama bagi seseorang untuk menikmati kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya.
Disisi lain lagi, zakat bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang mukmin, karena zakat yang diambil dari sebagian hartanya akan diserahkan kepada orang-orang yang membutuhkan diantara para mustahiq (penerima zakat). Ini tentu akan sangat membahagiakan mereka. Dan kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan para muzakki. Hal terakhir namun justru barangkali terpenting yang harus dicatat disini adalah bahwa, dengan berzakat, seseorang akan terbebas – dengan izin Allah – dari ancaman siksa pedih di Neraka, sebagaimana dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat (lihat QS Ali ‘Imran : 180, QS At-Taubah : 34 – 35), dan – dengan taufiq Allah pula – akan menikmati kebahagiaan hakiki dalam kehidupan abadi di Surga Allah Yang Maha Tinggi. Semoga !
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas raldhiallahu ‘anhuma, ia berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan:”Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya. “
Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiallahu ‘anha :”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamjika masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta. “
Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah pun bersifat Maha Pemurah, Allah Ta’ala Maha Pemurah, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat sempurna dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.
Berbagai pelajaran yang dapat diambil dari berlipatgandanya kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan :
Bagi orang mukmin, kebahagiaan yang dicari adalah kebahagiaan hakiki, kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan itu hanya bisa didapat melalui bermacam ragam ketaatan yang salah satunya adalah dengan menunaikan kewajiban zakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa bersenang hati dengan amal kebaikannya, dan bersedih hati dengan keburukan yang diperbuatnya, maka berarti dia adalah seorang mukmin” (HSR Ath-Thabrani). Jadi kebahagiaan hati orang beriman itu bersumber dari kebaikan dan ketaatan yang dilakukannya sebagai bukti keimanan hatinya. Semakin tinggi tingkat dan nilai ketaatannya, maka semakin besar pula kebahagiaan yang dirasakannya. Dan berzakat menempati peringkat yang sangat tinggi dalam skala prioritas amal ketaatan. Karena ia merupakan salah satu ibadah wajib utama yang diposisikan sebagai rukun Islam ketiga, sehingga dengan berzakat berarti seorang mukmin telah turut andil dalam upaya menegakkan tiang dan pilar penyangga utama bangunan Islam.
Kebahagiaan karena berzakat semakin sempurna dirasakan oleh seorang mukmin karena disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Imam Al-Bukhari, bahwa mengamalkan ketaatan berupa kewajiban – seperti zakat dan lain-lain – merupakan sarana terbaik untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan jalan terdekat untuk meraih mahabbatullah (cinta dan kasih sayang Allah). Dan ini adalah derajat kebahagiaan puncak yang dicita-citakan oleh setiap mukmin sejati. Ya, siapa orang beriman yang tidak berbahagia dan berbunga-bunga hatinya dicinta dan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang ? Disamping itu, orang yang taat membayar zakat tentu juga dicintai dan disayangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukminin, dimana hal ini juga menjadi sumber kebahagiaan tersendiri bagi seorang mukmin.
Zakat merupakan wujud dan bukti syukur seorang hamba atas limpahan karunia harta yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Dan orang yang bersyukur adalah orang yang berbahagia. Maka berbahagialah para muzakki. Disamping itu, salah satu fungsi utama zakat adalah membersihkan diri dan mensucikan hati sang muzakki (lihat QS At-Taubah : 103). Dan disini pula tersimpan rahasia dibalik kebahagiaan orang yang berzakat. Karena zakat yang ditunaikannya akan membersihkan dirinya dari dosa-dosa yang membebani dan mensucikan hatinya dari sifat-sifat kikir, cinta harta dan penyakit-penyakit hati yang lain yang biasa menjadi penghalang utama bagi seseorang untuk menikmati kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya.
Disisi lain lagi, zakat bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang mukmin, karena zakat yang diambil dari sebagian hartanya akan diserahkan kepada orang-orang yang membutuhkan diantara para mustahiq (penerima zakat). Ini tentu akan sangat membahagiakan mereka. Dan kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan para muzakki. Hal terakhir namun justru barangkali terpenting yang harus dicatat disini adalah bahwa, dengan berzakat, seseorang akan terbebas – dengan izin Allah – dari ancaman siksa pedih di Neraka, sebagaimana dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat (lihat QS Ali ‘Imran : 180, QS At-Taubah : 34 – 35), dan – dengan taufiq Allah pula – akan menikmati kebahagiaan hakiki dalam kehidupan abadi di Surga Allah Yang Maha Tinggi. Semoga !
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas raldhiallahu ‘anhuma, ia berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan:”Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya. “
Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiallahu ‘anha :”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamjika masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta. “
Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah pun bersifat Maha Pemurah, Allah Ta’ala Maha Pemurah, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat sempurna dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.
Berbagai pelajaran yang dapat diambil dari berlipatgandanya kedermawanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan :
- Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipatgandakan amal kebaikan.
- Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, agar memperoleh pahala seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang berperang maka ia memperoleh seperti pahala orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula seperti pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:”Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya seperti pahala ovang yang berpuasa itu tanpa menguuangi sedikitpun dari pahalanya. “ (HR. Ahmad dan At-Tirmidzl).
- Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka, terutama pada Lailatul Qadar Allah Ta ‘ala melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah niscaya Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan. Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.
- Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama termasuk sebab masuk Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luamya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. ” Maka berdirilah kepada beliau seorang Arab Badui seraya berkata: Untuk siapakah ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah,?jawab beliau: “Untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur. “ (HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib). Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat menghantarkan pelakunya kepada Allah Ta ‘ala.
- Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan “ ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Ustman bin Abil-’Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi. Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang melindungi seseorang) dari api Neraka”. Dan dalam hadits Mu’adz radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api” (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katrrnya. “Hadits hasan shnhih. “
- Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.
- Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk itu disyari’atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa’iful Ma’arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.)
0 comments :
Post a Comment